Mekanisme Kerja Ekstrak Etanol Akar Acalypha Indica L. pada Hewan Model Obesitas: Fokus pada Profil Lipid, Adipokin Anti proinflamasi dan Molekuk Adhesi Melalui Jalur PPAR-α
Oleh: apt. Rani Wardani Hakim, S.Si., M.Biomed

Kasus obesitas di seluruh dunia saat ini telah meningkat 3x lipat dibandingkan tahun 1975. Di Indonesia, berdasarkan data dari  Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, orang dewasa dengan obesitas meningkat sebesar 21,8 persen dibandingkan data Riskesdas tahun 2013.  Tingginya diet tinggi fruktosa berhubungan langsung dengan perkembangan obesitas dan komplikasi sindrom metabolik. Insiden dan prevalensi obesitas meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi fruktosa dalam 40 tahun terakhir. Diet tinggi fruktosa marak dikonsumsi oleh dewasa muda hingga anak-anak pada saat ini terutama dalam bentuk high fructose corn syrup (HFCS) yang banyak terkandung pada minuman dan  makanan kemasan. Konsumsi diet tinggi fruktosa terus menerus sangat beresiko menimbulkan obesitas dan komplikasinya. Pada kondisi obesitas terjadi penumpukan lemak terutama di bagian perut (viseral) sehingga sel lemak mengalami perubahan salah satunya berupa pelepasan mediator radang (inflamasi) yang dapat menyebabkan komplikasi penyakit kardiovaskular. Salah satu komplikasi kardiovaskular yang seringkali menyertai obesitas adalah kelainan metabolisme lemak (dislipidemia) yaitu tingginya nilai kolesterol total, VLDL-kolesterol, LDL-kolesterol, trigliserida, dan rendahnya nilai HDL-kolesterol. Penyakit kardiovaskular dapat menimbulkan beban ekonomi yang serius dalam sebuah keluarga dan akan meningkatkan beban biaya kesehatan dalam masyarakat di seluruh dunia.

Saat ini, terdapat upaya yang cukup intensif untuk mengembangkan kandidat obat baru yang berasal dari tanaman herbal. Hal ini disebabkan terapi konvensional untuk mengobati obesitas dan dislipidemia menyebabkan banyak efek samping antara lain gangguan saluran cerna.  Salah satu herbal yang bermanfaat untuk terapi komplikasi kardiovaskular adalah akar kucing atau anting-anting yang memiliki nama ilmiah Acalypha indica Linn. (Ai). Di India, Ai terbukti secara empirik mampu mengurangi gejala diabetes, hiperlipidemia dan komplikasi hipertensi. Acalypha indica juga merupakan tanaman yang mudah didapat dan tumbuh liar di alam Indonesia. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak daun Ai banyak mengandung senyawa fenolik, diantaranya kelompok flavonoid, yang memiliki efek antioksidan serta antiinflamasi yang merupakan dasar untuk mengatasi kondisi obesitas terkait penyakit sindrom metabolik. Senyawa polifenol bekerja sebagai antioksidan yang menangkal radial bebas yang dilepaskan pada proses inflamasi pada kondisi obesitas. Terdapat penelitian yang membuktikan bahwa konsumsi diet kaya senyawa polifenol pada kondisi obesitas mungkin tidak dapat menurunkan berat badan, tetapi dapat mencegah timbulnya komplikasi obesitas. Penelitian menggunakan akar Ai masih sangat terbatas, sementara penelitian terbaru menyebutkan bahwa akar Ai mengandung  senyawa fenolik paling tinggi dibandingkan daun dan batangnya.

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan mekanisme kerja ekstrak etanol akar Ai pada hewan model  obesitas yang berfokus pada profil lemak, mediator inflamasi yang dilepaskan sel lemak dan molekul adhesi pada aorta melalui jalur PPAR-α. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, Ai terbukti dapat bekerja melalui jalur PPAR-α yang merupakan jalur mekanisme kerja yang sama dengan obat penurun kadar trigliserida golongan fibrat (gemfibrozil). Senyawa Ai yang bertangggung jawab terhadap mekanisme kerja tersebut, yaitu nicotiflorin, geraniin dan kaempferol akan dianalisis berdasarkan interaksi ikatan antara Ai dengan protein target menggunakan studi molecular docking.

Pada penelitian ini  digunakan 24 ekor tikus Sprague-Dawley jantan yang diberikan diet tinggi fruktosa kolesterol (DTFK) selama 16 minggu, sebagai kontrol  adalah tikus yang diberikan diet normal. Pakan DTFK yang diberikan adalah berupa 20-30 gram pakan standar per tikus yang telah dicampurkan 10% kolesterol yang diperoleh dari kuning telur puyuh dan 1,5 mL larutan fruktosa 55% yang dicekokkan pada tikus 2x sehari selama 16 minggu (1,65 g fruktosa/hari). Pembagian kelompok hewan coba sebagai berikut: Kelompok diet normal; DTFK; DTFK+Ai dengan 400mg/kgBB; dan DTFK + gemfibrozil 31 mg/kgBB.  Terapi diberikan pada pagi hari selama 8 minggu bersamaan terus dengan DTFK sekali sehari pada sore hari per oral menggunakan sonde Parameter yang diukur adalah berat badan awal dan akhir, indeks Lee (indeks massa tubuh tikus), profil lipid serum; senyawa penanda peradangan yang dikenal sebagai adipokin inflamasi yaitu adiponektin, leptin, TNF- α, dan IL-6; molekul adhesi akibat peradangan yaitu VICAM-1, dan ICAM-1, serta kadar PPAR-α. Persentase ukuran sel lemak dan jumlah makrofag yang tampak pada gambaran histologi yaitu crown like structure (CLS). Seluruh data hasil penelitian dianalisis secara statisitik.

Berdasarkan hasil penelitian ini, Ai secara bermakna dapat mencegah kenaikan berat badan tikus yang diinduksi DTFK dengan mempertahankan nilai Indeks Lee <300 (mencegah obesitas). Ditemukan juga bahwa Ai menurunkan kadar kolesterol, trigliserida, dan meningkatkan HDL-kolesterol walaupun tidak berbeda bermakna secara statistik. Selain itu, Ai dapat menurunkan kadar adipokin proinflamasi TNF-α, IL-6 dan leptin; serta menurunkan persentase ukuran adiposit pada luas 1000-4000 /m2 secara bermakna. Pemberian Ai juga meningkatkan kadar adipokin antiinflamasi adiponektin, menurunkan CLS, meningkatkan PPAR-α di jaringan lemak viseral serta menurunkan ekspresi VCAM-1, ICAM-1 di jaringan aorta, meskipun tidak bermakna secara stastistik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pemberian Ai memberikan efek protektif dengan menjaga indeks massa tubuh dan menurunkan kadar senyawa penanda proinflamasi yang dilepaskan jaringan lemak viseral yang menjadi kunci timbulnya berbagai komplikasi obesitas. Efek Ai ini sebagian dilakukan melalui pengaruhnya terhadap ekpresi PPAR-a di jaringan lemak viseral. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan mekanisme kerja Ai terhadap obesitas dan komplikasinya.

Ready to Help You