Penyakit yang disebabkan oleh Human immunodeficiency virus (HIV) sekarang dapat diobati tetapi tidak dapat disembuhkan. Tahun lalu, tujuh orang meninggal karena penyakit terkait HIV setiap jam, dan 171 orang baru terinfeksi di seluruh dunia. Total 38 juta orang sekarang hidup dengan HIV dan masih terus bertambah pada tahun 2021. Untungnya, dua dari tiga orang yang hidup dengan HIV memiliki akses pengobatan antiretroviral (ART), tetapi hanya 50% yang meminumnya secara teratur untuk menekan infeksi. Harapan hidup pasien telah meningkat selama 20 tahun terakhir. Tidak ada kesenjangan harapan hidup pada pasien HIV yang dikelola dengan baik dengan subyek sehat yang cocok secara demografis di AS. Namun, di negara berpenghasilan rendah-menengah, harapan hidup pasien HIV masih 16 tahun lebih rendah daripada individu yang sehat. Masalahnya adalah ART jangka panjang tidak sepenuhnya mengembalikan keseimbangan kekebalan pada pasien HIV, sehingga pasien menunjukkan peningkatan frekuensi kanker, penyakit metabolik, stroke, penyakit ginjal, dan penyakit kardiovaskular. Hal ini akibat kondisi inflamasi kronis pada pasien HIV. Koinfeksi dapat menyebabkan kondisi ini – terutama virus umum yang disebut cytomegalovirus (CMV). CMV adalah virus pintar yang dapat bersembunyi dari sel kekebalan dan membuat infeksi ulang terus-menerus.

JakCCANDO (Jakarta CMV Cardiovascular Antiretroviral Neurology Dentistry and Opthalmology) adalah studi kohort komprehensif yang mengikuti pasien HIV selama lima tahun di Jakarta. Studi JakCCANDO dimulai pada tahun 2012 sebagai studi kolaboratif antara Universitas Indonesia dan Curtin University. Tim peneliti dipimpin oleh A/Prof. Patricia Price (Universitas Curtin). Tim klinis di Jakarta antara lain Dr.dr.Ika Prasedya Wijaya, Sp.PD-KKV, Dr.dr.Riwanti Estiasari, Sp.S, Dr.dr.Lukman Edwar, Sp.M(K), Dr.drg.Endah Ayu Tri W, dr.Birry Karim, Sp.PD-KKV dengan laboratorium Ibnu Ariyanto, M.Biomed dan Faizah sebagai case manager. Penelitian dilakukan di POKDISUS RSCM di bawah bimbingan Dr.dr.Evy Yunihastuti dan penelitian laboratorium dilakukan di Pusat Penelitian Virologi dan Patobiologi Kanker (PRVKP) dengan dukungan dr. Ibrahim, Sp.MK(K), PhD dan Dr.dr. Budiman Bela Sp.MK(K).

Semua pasien JakCCANDO memiliki tingkat antibodi yang tinggi terhadap CMV. Antibodi CMV terkait dengan fungsi memori, penyusutan pembuluh arteri retina, dan penebalan dinding pembuluh darah pada pasien JakCCANDO. Namun, antibodi CMV mereka bukanlah penanda yang ideal untuk gejala terkait CMV karena tingkatnya meningkat ketika sistem kekebalan pasien membaik dengan ART. Penelitian ini mencoba menemukan penanda stabil yang menghubungkan koinfeksi CMV dengan kondisi klinis pasien.

Ibnu Ariyanto mengeksplorasi populasi sel T inkonvensional yang berubah pada pasien HIV – khususnya sel T gamma delta (γδ) yang memiliki dua subset Vδ2+ dan Vδ2-. Penelitian sebelumnya telah mengaitkan sel T dengan kerusakan pembuluh darah pada populasi umum. Ibnu menemukan bahwa populasi Vδ2- meningkat dan populasi Vδ2+ menurun relatif terhadap subyek sehat. Dia juga menemukan sejumlah besar sel-T Vδ2 teraktivasi dan ini berkorelasi dengan peningkatan ketebalan dinding pembuluh darah pada pasien HIV dan dengan tingkat antibodi CMV. Kesimpulannya, sel T berpotensi digunakan sebagai biomarker yang dapat memprediksi risiko penyakit kardiovaskular pada pasien HIV karena proporsinya stabil saat pasien mulai terapi dan setelah terapi.

Hasil penelitian tersebut dipresentasikan oleh Ibnu Agus Arianto, S.dalam sidang promosi doktornya yang berlangsung secara virtual pada Selasa, 12 Januari 2021 pukul 10.00 WIB.

Dengan lugas Ibnu Agus Ariyanto, S.Si., M.Biomed berhasil mempertahankan disertasinya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan maupun sanggahan dari tim penguji yang diketuai oleh dr. R. Fera Ibrahim, M.Sc., Ph.D., SpMK(K) dengan anggota tim penguji Dr. dr. Evi Yunihastuti, SpPD-KAI; Dr. Drs. Heri Wibowo, M.S; dan Deirdre R. Coombe, Ph.D., BSc dari Curtin University.

Promotor pada penelitian ini adalah Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph.D., SpMK(K) dengan ko-Promotor Prof. Patricia Price, Ph.D. dan Dr. dr. Budiman Bela, SpMK.

Di akhir sidang, ketua sidang yang juga merupakan Dekan FKUI Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, mengangkat Ibnu Agus Ariyanto, S.Si., M.Biomed menjadi Doktor dalam Program Doktor Ilmu Biomedik di FKUI.

 

Ready to Help You