Oleh: Dr. dr. Jefferson Hidayat, Sp.An-KAKV
Tetralogi Fallot (TF) adalah penyakit jantung bawaan yang kompleks. Pasien penyandang TF akan tampak kebiruan terutama di bibir dan ujung kuku. Pemeriksaan jantung penyandang TF akan menunjukkan adanya empat (tetra) kelainan termasuk kebocoran pada sekat bilik jantung, kelainan posisi dari pembuluh darah aorta (menyerupai pelana), penebalan dari otot di pangkal pembuluh darah ke paru-paru yang menyebabkan sumbatan aliran darah dan penebalan dinding bilik kanan.
Komplikasi berbahaya yang sering terjadi setelah operasi koreksi TF di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo adalah sindrom curah jantung rendah. Sindrom curah jantung rendah dapat dilihat melalui pemeriksaan curah jantung. Tanda klinisnya adalah penurunan tekanan darah dan aliran darah ke organ-organ tubuh. Sindrom curah jantung rendah setelah operasi koreksi penyandang TF disebabkan oleh adanya cedera iskemia reperfusi, cedera yang timbul pada jantung akibat adanya periode pemutusan asupan oksigen dan pengadaan kembali asupan oksigen saat klem silang aorta dijepit dan dilepaskan.
Berbagai penelitian pada hewan coba dan sel sudah dikerjakan untuk menemukan terapi yang tepat untuk cedera iskemia reperfusi (CIRI), namun hasilnya belum memuaskan. Para pakar di bidang ini yang berkumpul dalam forum Hatter Cardiovascular institute merekomendasikan penelitian untuk CIRI harus dilakukan pada manusia. Terapi yang diteliti harus multitarget, mengobati obstruksi pembuluh darah mikro, menguatkan sel otot jantung dan menekan inflamasi. Penelitian ini memilih kombinasi remote ischemic preconditioning (RIPC) dan siklosporin untuk mengobati CIRI. Siklosporin adalah antiinflamasi kuat yang menekan inflamasi dan menekan sumbatan pembuluh darah mikro sedangkan RIPC adalah suatu metode penguatan otot jantung dengan melakukan CIRI pada organ lain. Organ yang sering dipilih adalah ekstremitas bagian bawah.
Penelitian ini adalah uji klinis acak tersamar ganda label terbuka yang dilakukan di RSUPNCM dan RS JHC pada tahun 2021 sampai 2022. Sebanyak 42 subyek penyandang TF usia 1-6 tahun diacak ke dalam kelompok kontrol yang mendapat terapi standar dan perlakuan yang mendapatkan siklosporin oral 2 jam sebelum pembiusan dimulai, serta RIPC sesaat setelah pembiusan dimulai. Limbah jaringan jantung yang menebal diambil pada 3 fase, fase asupan oksigen normal, fase terputusnya oksigen dan saat pengadaan oksigen kembali. Dilakukan uji MDA, suatu uji yang mengukur kerusakan jaringan akibat cedera oksidatif dan edema mitokondria. Uji edema mitokondria dilakukan dengan melakukan isolasi mitokondria, menguji edema mitokondria dengan metode spektrofotometri. Fungsi dari isolat mitokondria diuji dengan uji JC-1 dan kemurnian isolat mitokondria diuji dengan uji SDH.
Hasil yang ditemukan adalah penurunan cedera oksidatif dan penurunan isolasi mitokondria yang konsisten walaupun tidak bermakna secara statistik.
Sebagai simpulan, kombinasi siklosporin dan RIPC menunjukkan adanya manfaat yang menjanjikan sebagai terapi cedera iskemia reperfusi otot jantung.