Oleh: Dr. dr. Anse Valentiene Messah, Sp.Rad.,T.R(K)

Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis (MTB), dan sampai saat ini masih merupakan masalah global di dunia, terutama di negara Asia, tidak terkecuali Indonesia. Pengobatan antibiotik masih merupakan pilihan untuk TB. Akan tetapi terapi yang berkepanjangan dan tidak adekuat dapat menyebabkan resistensi atau tidak peka lagi terhadap satu atau bahkan beberapa obat anti tuberkulosis.

Peningkatan kasus TB resistan terjadi di hampir semua bagian dunia, terutama di Indonesia. Laporan WHO memperkirakan insiden TB di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Banyak faktor risiko yang dapat memengaruhi proses terjadinya TB resistan. Faktor risiko yang tidak kalah penting adalah sistem imun inang yang berhubungan dengan kerusakan paru. Pengembangan strategi untuk menilai adanya mutasi (penyimpangan gen) pada faktor genetik merupakan target penelitian yang dikembangkan berhubungan dengan kerentanan seseorang terhadap infeksi TB resistan.

Alat CT Scan merupakan pemeriksaan canggih untuk melihat kerusakan pada paru yang akurat untuk melihat kerusakan paru-paru sampai ke saluran napas paling distal. Alat ini memiliki akurasi mencapai 98% dari foto toraks. Penyakit TB resistan merupakan penyakit infeksi dengan kerusakan paru yang luas, diantaranya kavitas dan fibrosis. Kavitas adalah kerusakan pada paru yang terlihat sebagai gambaran rongga berisi udara dengan dinding yang tebal, sedangkan fibrosis adalah jaringan paru di ganti dengan jaringan ikat sehingga menyebabkan fungsi paru-paru berkurang. Untuk melihat kerusakan tersebut perlu diketahui mengenai kerentanan seseorang infeksi TB resistan dan bagaimana gambaran CT scan paru-parunya. Salah satu penyebab kerusakan paru-paru adalah gen yang berada pada inang sendiri yang merusak jaringan paru-paru yaitu matrix metalloproteinase 1 dan 9 (MMP-1 dan MMP-9). Kedua gen ini merupakan protein yang berada pada jaringan paru-paru, dan di duga dapat memperburuk kondisi paru-paru jika terjadi mutasi.

Penelitian terkait usaha untuk menghambat terjadinya kerusakan paru yang luas dengan cara mengetahui kerentanan setiap individu untuk terjadinya TB resistan dengan menghubungkan gen MMP-1 dan MMP-9 dengan gambaran kerusakan paru (karakteristik kavtas: jumlah, diameter dan tebal dinding serta distribusi fibrosis paru) menggunakan alat canggih CT Scan paru. Diharapkan dari penelitian ini dapat diketahui lebih awal kemungkinan kerusakan paru luas dengan melihat jumlah kedua gen ini di dalam serum (darah), kemudian dihubungkan dengan pemeriksaan genetik.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan pasien-pasien TB resistan yang sudah diketahui melalui rekam medis (data pasien di Rumah Sakit) dan hasil pemeriksaan lab Tes Cepat Molekular (TCM). Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel darah vena dan pemeriksaan CT Scan toraks. Kemudian dilakukan pemisahan darah dari serum dan plasma, dan disimpan di dalam freezer dengan suhu -40C (khusus penyimpanan bahan-bahan biologi). Hasil pemeriksaan CT Scan di simpan dalam CD atau eksternal disk dan dievaluasi oleh dokter Spesialsi Radiologi Divisi Toraks. Serum di bawa ke

Lab dilakukan pemeriksaan isolasi DNA (sampel DNA), PCR kemudian di sequencing (penentuan struktur primer (atau sekuens primer) rantai biopolimer tak bercabang. Sekuensing menghasilkan penggambaran linear simbolik yang disebut sekuens yang meringkas sebagian besar struktur tingkat atom atas molekul yang di-sekuensing menghasilkan sekuens DNA yang digambarkan sebagai untaian abjad lambang nukleotida-nukleotida penyusun DNA, yaitu “A” (nukleotida berbasa adenin), “T” (nukleotida berbasa timin), “G” (nukleotida berbasa guanin), dan “C” (nukleotida berbasa sitosin). dengan metode Sanger. Hasil evaluasi CT Scan toraks dikorelasikan dengan hasil sequencing.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan paru (kavitas dan fibrosis) merupakan kelainan yang paling sering dan lebih banyak jumlahnya pada TB resistan dibandingkan TB sensitif obat. Pemeriksaan jumlah MMP-1 dan MMP-9 di dalam serum pasien tidak menyebabkan kerusakan paru pada pasien TB resistan. Hasil CT scan dibandingkan dan dihubungkan dengan hasil sequencing, didapatkan bahwa alel T merupakan faktor pencegahan 2x pada TB resistan. Genotip G/G MMP-1 dan genotip T/T MMP-9 dapat berhuungan dengan ketebalan dinding kavitas.
Sebagai kesimpulan, kerusakan paru-paru yang luas sering pada TB resistan, gen MMP-1 merupakan faktor pencegahan 2x untuk TB resistan. Genotip G/G MMP-1 dan genotip T/T MMP-9 dapat menyebabkan ketebalan dinding kavitas yang lebih tebal dibandingkan TB sensitif obat.

Ready to Help You