Efek Suplementasi Vitamin Terhadap Resistensi Insulin pada Model Tikus Prediabetes Melalui Regulasi Persinyalan Jalur Inflamasi dan Mikrobiota Usus
Oleh: Apt. Desak Gede Budi Krisnamurti, S.Farm., M.Biomed
Diabetes atau yang dikenal masyarakat sebagai kencing manis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi salah satu prioritas dari empat penyakit tidak menular yang harus segera diatasi karena jumlah kasus di dunia terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. Kasus diabetes di Indonesia terus meningkat dan Indonesia menduduki peringkat kelima dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia. Sebelum menjadi diabetes, terdapat suatu kondisi yang dinamakan prediabetes. Prediabetes adalah kondisi saat kadar gula darah di dalam tubuh seseorang lebih dari normal, tetapi belum cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai diabetes. Prediabetes akan berkembang menjadi diabetes tipe 2 (DMT2) pada sekitar 25% dari individu dalam kurun waktu 3-5 tahun, dan sebanyak 70% dari individu dengan prediabetes akan berkembang menjadi diabetes dalam masa hidup mereka. Menurut Riskesdas 2018, prevalensi prediabetes adalah 30,8% dari total jumlah penduduk Indonesia.
Berbagai macam strategi untuk mencegah diabetes pada populasi prediabetes telah disarankan oleh para ahli, tapi hingga saat ini masih belum optimal mencegah perburukan dari prediabetes menjadi penyakit diabetes. Beberapa studi membuktikan kurangnya kadar vitamin D dalam darah berhubungan dengan proses terjadinya penyakit diabetes melitus tipe 2. Pada prediabetes terjadi keadaan dimana insulin mengalami resistensi, ditandai dengan tingginya kadar insulin dalam darah. Resistensi insulin disebabkan oleh banyak faktor antara lain obesitas, asupan makanan tinggi kalori, aktivitas fisik yang rendah serta faktor genetik.
Angka kejadian defisiensi vitamin D di dunia dan di Indonesia cukup tinggi. Pada kondisi kadar vitamin D dalam darah normal, suplementasi vitamin D tetap berperan dalam menurunkan resistensi insulin, namun hingga saat ini hasil penelitian ini masih kontroversial. Studi mengenai status vitamin D pada penduduk Indonesia belum banyak dilakukan. Beberapa studi terdahulu menunjukkan bahwa pada kondisi defisiensi vitamin D berhubungan dengan peningkatan resistensi insulin dan menurunkan sekresi insulin pada manusia dan hewan coba.
Penelitian kali ini berusaha menjawab peran vitamin D pada prediabetes hewan coba. Tikus prediabetes dibuat dengan diet tinggi lemak dan tinggi gula selama 3 migggu, diikuti dengan injeksi streptozotocin pada akhir miggu ketiga. Setelah model prediabetes berhasil dibuat, hewan coba diberikan vitamin D dengan dosis 100 dan 1000 IU/kg/hari peroral selama 12 minggu untuk dapat memberikan gambaran efektivitas pencegahan penyakit DMT2 pada kondisi prediabetes melalui beberapa mekanisme kerja. Jika dikorelasikan ke dosis manusia, dosis vitamin D 100 IU/kgBB/hari pada tikus setara dengan dosis 800 IU/hari pada manusia, sedangkan dosis vitamin D 1000 IU/kgBB/hari pada tikus setara dengan dosis 8000 IU/hari pada manusia. Penelitian ini membuktikan bahwa pemberian vitamin D pada tikus prediabetes dapat mengurangi resistensi insulin, meningkatkan sitokin anti-inflamasi, meningkatkan tingkat ekspresi PPARg dan IRS1 (protein yang berperan menurunkan resistensi insulin), dan meningkatkan keragaman mikrobiota yang berkorelasi dengan pengaturan persinyalan jalur inflamasi dalam tubuh.
Beberapa penelitian terkait vitamin D dan hubungannya dengan diabetes melitus telah banyak dilakukan sebelumnya. Hasil dari penelitian tersebut juga banyak dilakukan pada manusia melalui uji klinik, tapi memberikan hasil yang sangat bervariasi. Banyak faktor yang mungkin berpengaruh terhadap variasi hasil tersebut, seperti perbedaan genetik, berat badan, asupan diet yang terkait absorpsi dari vitamin D, dosis yang berbeda, kondisi awal sebelum suplementasi, dan perbedaan lama pemberian. Hasil dari penelitian uji preklinik ini memberikan gambaran efektivitas suplementasi vitamin D pada kondisi prediabetes beserta mekanisme molekulernya.
Apt. Desak Gede Budi Krisnamurti, S.Farm., M.Biomed telah melaksanakan ujian terbuka Promosi Doktor yang dilaksanakan pada hari Senin, 27 Juni 2022 pukul 10.00 – 12.00 dan berhasil meraih gelar Doktor dengan predikat Cum Laude dan IPK 3.98.
Selamat Dr. Apt. Desak Gede Budi Krisnamurti, S.Farm., M.Biomed