POTENSI EKSTRAK TERTARGET LUNASIN (ET-Lun) DARI BIJI KEDELAI PADA PENGHAMBATAN KARSINOGENESIS KANKER PAYUDARA TIKUS SPRAGUE–DAWLEY YANG DIINDUKSI DMBA
Oleh: Apt. Numlil Khaira Rusdi, S.Farm, M.Si
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan yang paling umum pada wanita di seluruh dunia. Pada tahun 2020 KPD merupakan kanker dengan insiden tertinggi di dunia dan juga di Indonesia.
Saat ini telah banyak dilakukan penelitian untuk mencari obat kanker dengan bahan alam, di antaranya paclitaxel berasal dari tanaman Taxus brevifolia yang digunakan sebagai obat antikanker. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan salah satu tanaman yang sedang dikembangkan aktivitasnya sebagai obat antikanker. Konsumsi produk kedelai diketahui dapat menurunkan insiden dan mortalitas kanker payudara, kanker prostat, kanker kolon, dan kanker paru. Studi terbaru membuktikan bahwa komponen signifikan sebagai antikanker dari kedelai adalah protein dengan nama “Lunasin”.
Masalahnya, harga lunasin komersial sangat mahal karena biaya sintesis lunasin yang besar dan memakan waktu cukup lama, kurangnya metode untuk memperoleh lunasin murni dari sumber tanaman serta analisis kultivar yang berbeda menunjukkan kandungan lunasin yang bervariasi secara signifikan. Untuk mengatasinya, pada pada penelitian ini akan dikembangkan ekstrak tertarget Lunasin (ET-Lun) dari biji kedelai. Penelitian ini mengeksplorasi pemanfaatan kedelai asli Indonesia, varietas “Grobogan”, yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Malang.
Kandungan senyawa aktif dalam sediaan ET-Lun adalah Lunasin dengan kadar 0,09%. Selain senyawa Lunasin, sediaan ET-Lun juga mengandung senyawa aktif isoflavon genistein, glycitein, dan daidzein (Pemeriksaan HPLC dan LCMSMS).
Pada penelitian ini dilakukan uji in silico untuk mengetahui afinitas atau ikatan senyawa aktif dari tanaman kedelai terhadap sisi aktif target reseptornya. Senyawa aktif genistein, daidzein, coumesterol, carotene, phytoalexin serta lunasin, dilihat ikatannya terhadap protein ERα, ERβ, HER2, dan EGFR, yang merupakan penanda molekuler untuk prognostik dan prediktif spesifik pada KPD. Hasil uji Insilico menunjukkan Lunasin dan genistein mempunyai ikatan terbaik terhadap ERα, ERβ, dan EGFR, sedangkan pada HER2, ikatan terbaik didapatkan pada senyawa daidzein.
Kemudian penelitian dilanjutkan ke uji aktivitas ET-Lun pada model tikus kanker payudara yang diinduksi DMBA. Penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu kelompok kuratif dan preventif. Pada kelompok kuratif, tikus SD diinduksi dengan DMBA 20 mg/kg BB sebanyak 11 kali, 2 kali dalam seminggu, kecuali kontrol normal (NOR), kemudian dibagi menjadi kontrol negatif (DMBA), kontrol positif tamoksifen (TAM), kelompok ET-Lun 500mg/kg BB (ET-Lun), dan kombinasi ET-Lun dan tamoksifen (ADJ). Setelah terbentuk nodul dengan volume 1-2 cm3, tikus diberikan perlakuan sesuai kelompok masing-masing selama 8 minggu, sedangkan pada kelompok preventif (PREV), diberikan ET-Lun 500 mg/kg BB 1 minggu sebelum induksi, selama induksi, dan setelah induksi DMBA dengan lama perlakuan 24 minggu. Setelah perlakuan, tikus diterminasi, dan diambil tumornya. Volume tumor diukur, dan dilakukan pemeriksaan eskpresi ERα, ERβ, HER2, dan EGFR secara imunohistokimia dan qPCR.
Hasil penelitian pada kelompok kuratif; kelompok ET-Lun, tamoksifen, dan kombinasi ET-Lun tamoksifen, dapat memperlambat pertumbuhan tumor selama perlakuan. Volume tumor tetap bertambah namun penambahan volume tumor tidak sebesar kelompok kontrol DMBA. Secara molekuler, kelompok ET-Lun, tamoksifen, dan kombinasi tamoksifen ET-Lun (kelompok adjuvan), dapat menurunkan ekspresi ERα secara bermakna. Selain itu, kelompok ET-Lun dan adjuvan juga dapat menurunkan ekspresi EGFR. Namun penurunan ekspresi ini secara molekuler tidak mengubah prilaku tikus dalam pembentukan KPD. Untuk memahami aktivitas ET-lun sebagai kuratif diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap jalur persinyalan KPD yang kemungkinan dapat dihambat oleh ET-Lun serta aktivitas sistem imun yang kemungkinan dipengaruhi sehingga dapat diindikasikan sebagai obat KPD.
Yang menarik dari penelitian ini adalah kemampuan kelompok preventif dalam menekan insiden tumor KPD sebanyak 80% jika dibandingkan kontrol DMBA. Selain itu, ekspresi protein dan mRNA ERα dan EGFR menurun secara bermakna pada kelompok preventif. Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok preventif dapat menghambat fase awal KPD.l. Hasil penelitian ini kemungkinan relevan untuk pencegahan KPD pada wanita yang memiliki faktor risiko tinggi untuk terjadi KPD.
Tim Promotor; Dr. Drs. Kusmardi, M.S; Prof. Dr. dr. Erni Hernawati Purwaningsih, M.S; Prof. Dr. dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG(K), MPH
Tim Penguji; Dr. dr. Sonar Soni Panigoro, MARS, M. Epid., Sp.B(K)Onk.; Prof. Dr. Apt. Berna Elya, M.Si; Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, Ph.D.; Prof. Dr. Abdul Salam M. Sofro, Ph.D.
Press release disetujui oleh Tim Promotor
Dr. Drs. Kusmardi, MS
Prof. Dr. dr. Erni Hernawati Purwaningsih, MS
Prof. Dr. dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG(K), MPH